Ada 5 syarat utama terjadinya kehamilan. Dengan catatan, tak ada kelainan atau penyakit yang diderita oleh suami atau istri. Nah, apa saja persyaratannya?
Berikut 5 syarat yang bila dipenuhi, ibu dapat hamil:
1.ADA SEL SPERMA (SPERMATOZOA)
Proses terjadinya kehamilan harus diawali dengan
bertemunya spermatozoa (sel sperma yang matang) dan sel telur yang
matang (ovum). Caraya bisa dengan penetrasi suami pada istri dalam
bercinta, spermatozoa dimasukkan dengan bantuan alat (inseminasi
buatan), atau seperti pada proses bayi tabung: spermatozoa dan sel telur
dipertemukan di cawan metri di laboratorium.
Setiap kali persediaannya dikosongkan, maka sekitar 20 hingga 100
juta sel sperma akan diproduksi kembali. Perkembangan sel sperma hingga
menjadi matang butuh waktu sekitar 3-4 hari. Bentuk sperma mirip
kecebong, terdiri atas kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng, leher
yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor. Masing-masing
bagian memiliki fungsinya sendiri. Bagian kepala berfungsi menembus
dinding sel telur. Leher untuk menyimpan energi yang diperlukan oleh
sperma dalam perjalanannya menuju sel telur. Sementara ekor – panjangnya
kira-kira 10 kali bagian kepala – berfungsi mendorong sperma meluncur
mendekati sel telur. Dengan getaran ekornya, sperma dapat bergerak
cepat.
Sel-sel sperma yang matang disimpan di epididimis (saluran kecil yang
terletak di belakang testis) dan akan bertahan selama 4 minggu. Jika
tak digunakan, sel-sel sperma akan diserap kembali oleh tubuh atau si
pria akan mengalami “mimpi basah”. Namun bila terjadi ejakulasi, sel-sel
sperma akan keluar melalui vas deferens (saluran yang menghubungan
epididimis dengan kelenjar prostat) dan bercampur dengan air mani. Dalam
waktu 12 jam, epididimis dapat dikosongkan dengan 3-4 kali ejakulasi.
Tiga hari kemudian, epididimis akan terisi kembali.
Siklus tersebut akan berlangsung sampai masa andropause, yaitu masa
menurunnya dorongan seksual dan kesuburan pria. Umumnya terjadi ketika
pria memasuki usia setengah baya.
2. ADA SEL TELUR (OVUM)
Bila spermatozoa berhasil melewati vagina, ia akan masuk ke leher
rahim dan bergerak terus hingga mencapai saluran telur (tuba falopi). Di
sinilah sel telur akan dibuahi oleh spermatozoa (proses
konsepsi/pembuahan).
Ovum (sel telur) diproduksi oleh indung telur (ovarium). Indung telur
terletak dalam rongga panggul, menggantung di kiri dan kanan pada
jaringan ikat rongga perut. Ukuran ovarium kurang lebih sebesar ibu jari
dengan panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 0,5 cm.
Keberadaan sel telur ditandai dengan adanya siklus haid. Sejak masa
pubertas, perempuan akan mendapatkan haid atau menstruasi, yakni
perdarahan yang berulang secara periodikal akibat meluruhnya bagian
permukaan selaput lendir rahim. Siklus haid berlangsung sekitar 30 tahun
ke depan sejak pertama kali dia mengalaminya. Ketika melewati masa
puncak keaktifannya dan mendekati masa 30 tahun, siklus haid perlahan
mulai tidak teratur dan akhirnya berhenti (disebut menopause). Setelah
menopause, indung telur sudah tidak menghasilkan sel telur lagi.
Pada masa subur, tumbuh satu folikel matang di dalam indung telur,
yang lalu pecah dan mengeluarkan sel telur matang (ovulasi). Sel telur
ini akan ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) di ujung saluran telur,
sehingga masuk ke dalam bagian saluran telur yang lebar (ampula). Di
sinilah bisa terjadi pembuahan jika sel sperma bertemu dengan sel telur.
3.ANATOMI DAN HORMONAL NORMAL
Agar bisa menghadirkan dan menjalankan kehamilan, suami-istri harus
memiliki struktur anatomi yang normal dan sistem hormonal yang
berfungsi baik. Untuk istri, alat genitalnya--vagina, leher rahim, rahim
(uterus), tuba falopi (saluran telur), hingga ovarium (indung
telur)--harus dalam kondisi baik. Sedikit saja ada kelainan maka
kehamilan bisa sulit terjadi. Kasus yang paling sering terjadi pada
perempuan adalah adanya sumbatan di saluran telur (tuba falopi).
Gangguan tersering lainnya adalah endometriosis (gangguan pada rahim)
dan tumbuhnya kista.
Pada suami, secara garis besar ada 3 jenis gangguan yang menghambat
terjadinya kehamilan, yakni produksi sperma, kuantitas/jumlah sperma,
dan transportasi sperma. Salah satu gangguan produksi sperma adalah
varikokel, yaitu pembesaran vena di testis yang membuat aliran darah
jadi tersumbat. Dalam hal jumlah sperma, meski yang dibutuhkan untuk
membuahi sel telur hanya satu sperma, tapi tetap diperlukan sperma yang
banyak, minimal 20 juta. Hal ini berkaitan dengan masalah probabilitas
kesempatan membuahi sel telur. Semakin banyak sel sperma yang
diluncurkan, semakin banyak kesempatan untuk terjadinya kehamilan.
Sedangkan salah satu masalah terhambatnya transportasi sperma berkaitan
dengan disfungsi seksual suami, semisal impotensi.
Nah, bila secara anatomi dan sistem hormonal suami-istri tak ada
masalah, maka yang harus dipenuhi adalah berintim-intim menjelang atau
di masa subur, yakni saat indung telur melakukan ovulasi atau
mengeluarkan sel telur ke saluran telur.
4.PEMBUAHAN
Sperma yang masuk melalui vagina harus melakukan perjalanan panjang.
Dari vagina berlanjut ke saluran mulut rahim terus ke rongga rahim,
lalu ke saluran telur, dan berakhir di ujung saluran telur yang lebar
(ampula) untuk bertemu dengan sel telur. Dari berpuluh-puluh hingga
seratus juta sel sperma yang meluncur melalui vagina, hanya beberapa
ratus ribu yang dapat mencapai saluran telur, dan hanya satu sel sperma
yang bisa menembus sel telur.
5.NIDASI DAN PLASENTA
Setelah dibuahi, ovum akan mengalami proses nidasi atau penyarangan
(implantasi). Biasanya, nidasi terjadi di dinding depan atau belakang
rahim. Waktu antara pembuahan hingga nidasi sekitar 6-7 hari. Awalnya,
hasil pembuahan menetap di saluran telur selama 2-3 hari, kemudian sel
telur yang sudah dibuahi ini berjalan menuju rahim. Di perjalanan,
hasil pembuahan itu melakukan pembelahan secara bertahap. Setelah 6-7
hari dan sampai di rongga rahim, terjadilah nidasi atau implantasi,
yaitu “bersarangnya” sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma di
dinding rahim. Setelah itu, berlangsung proses pembentukan embrio atau
mudigah diiringi dengan pembentukan plasenta dan tali plasenta agar
embrio atau mudigah yang “bersarang” di rahim mendapat suplai darah dan
zat-zat makanan dari ibu. Setelah masa embrio/mudigah selesai, bakal
manusia ini tumbuh dan berkembang menjadi janin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar